Rabu, 13 Agustus 2014

TERUNTUK

Kutau hidup ini kian sulit tuk dijalani
Kian rumit tuk dipahami
Kau berjuang mencari jati dirimu
Di tengah-tengah puing kehancuran
Kacaunya pikiran yang menjalar otak
Matinya rasa menuju kehampaan
Biarkanlah hidup ini berjalan sesuai takdir Tuhan
Sayangku, aku sungguh mendukungmu
Aku sangat apresiasi pola pikirmu
Namun sayangnya...

Aku tak ingin menjadi boneka
Aku tak ingin menjadi hantu
Dan ibarat suatu pelabuhan
Mereka semua adalah ruang untuk mempermainkanku
Sukses menghampiriku dan berlari meninggalkanku

Diluar segala hiruk pikuk duniawi ini
Mulut burung-burung hina berkicauan
Gonggongan anjing menderu menjijikkan
Bahkan ayam berkokok pun seolah najis
Kau tau aku tak pernah peduli dengan semua itu
Otakku terdesain untuk percaya diri, untuk teguh
Hatiku enggan mendengar kekeh binatang tak berotak
Ingin kubunuh mereka semua yang tak berotak
Tak berperasaan...
Hingga pada akhirnya mereka bungkam
Bungkam mencerca kehidupan yang rumit ini

Keputusan adalah hal berat
Mana yang baik, mana yang buruk
Arungilah lautan hidup yang penuh suka duka
Aku bukan sebuah batu karang
Aku bukan pula baja berlapis timah
Aku adalah kapas di dalam air

Rasa yang menghampiriku
Bagaikan ku mendapat seonggok emas dalam karung
Bagaikan kupandangi wajahmu yang damai
Meskipun kupandangi seribu tahun lamanya
Aku tak bisa menolak menghadiri rasa dalam hidupku

Aku tidak pernah menemukan kedamaian sepertimu
Maka kukatakan „ya“
Dan padakulah kau menemukan hidup
Yang ingin kau raihnya engan penuh titian kesabaran
Tanpa seorangpun mampu mengguncangnya
Sekali lagi, aku mendukungmu

Abadi adalah milik-Nya
Aku tak bermaksud menyimpulkan ini karena-Nya
Dia yang menciptakan rasa
Dia yang menghentikan detak jantung
Namun...
Ada masa dimana asa tak menjadi asa
Puing-puing hati seolah menjadi serpihan abu
Berbekas tak abadi
Sejujurnya aku tak ingin
Mimpi-mimpi di kala tidurku
Yang mengharap keabadian rasa
Akankah pupus, akankah sirna?
Kau tau mimpi-mimpi dan semua khayalanku itu
Namun apa yang kurasakan seolah kau tak pernah menyentuhnya
Mengapa disaat mimpi ini ingin kuraih?
Mengapa? Mengapa? Jawab!

Aku layaknya anak-anak dari ibu berambut putih, bermuka keriput
Ingin membelikan baju untuk ketujuh anaknya
Yang masih kecil dan lugu
Beliau tawar menawar baju ke penjual dengan harga seminim mungkin
Agar ketujuh anaknya bisa memakai baju baru
Namun sayangnya penjual itu diam tak berbelas kasihan
Hingga pada akhirnya si kecil dan si lugu itu
Menangis meronta-ronta bermalam-malam
Tanpa mereka tau, kapan air mata mereka akan habis

Setelah hatiku sunyi, aku terdiam
Kuharap cerita pilu asa dalam hidupmu
Kan memberi hasil
Kuharap kau tetap berpegang teguh
Tentang apa yang kau katakan di taman
Di kala menjelang senja
„Kau tak akan berubah
Kau memiliki rasa untukku
Kau takkan pergi dengan bunga-bunga indah yang lain
Kau tetap kan melihatku
Kau hanya ingin menjalani hidup ini
Kau hanya butuh waktu dalam kesunyian
Kau hanya tidak tau perasaanmu yang mati
Kau kan menghampiriku jika waktunya tiba
Kau akan menerangiku
Kau akan membalas tiap sapaanku
Kau akan membalas dengan sepuluh jari di handphonemu
Kau akan menjadi sahabat hatiku
Kau tak bermaksud menyiksa hatiku
Kau akan menggenggam tanganku saat ku menggenggammu
Kau akan menjadi tempat berbagi cerita
Dan kau takkan membiarkanku hancur“

Berat rasanya menolak permintaanmu
Aku tetap bersikukuh apa yang kumau
Namun aku mencintaimu dari dasar palung hatiku
Ku berharap kau yang terakhir
Dan ingatlah....
Aku selalu disini untukmu
Takkan kubiarkan kau sedih
Takkan kubiarkan kau berjalan seorang diri
Percayalah aku akan selalu ada untukmu


„Teruntuk seseorang yang ingin menahan malam agar ia dapat terus memandangi bintang“

Tidak ada komentar:

Posting Komentar