Kutau hidup ini kian sulit tuk dijalani
Kian rumit tuk
dipahami
Kau berjuang
mencari jati dirimu
Di tengah-tengah
puing kehancuran
Kacaunya pikiran
yang menjalar otak
Matinya rasa menuju
kehampaan
Biarkanlah hidup
ini berjalan sesuai takdir Tuhan
Sayangku, aku
sungguh mendukungmu
Aku sangat
apresiasi pola pikirmu
Namun sayangnya...
Aku
tak ingin menjadi boneka
Aku tak ingin menjadi hantu
Dan ibarat suatu pelabuhan
Mereka semua adalah
ruang untuk mempermainkanku
Sukses menghampiriku
dan berlari meninggalkanku
Diluar segala hiruk pikuk duniawi ini
Mulut burung-burung hina berkicauan
Gonggongan anjing
menderu menjijikkan
Bahkan ayam
berkokok pun seolah najis
Kau tau aku tak
pernah peduli dengan semua itu
Otakku terdesain
untuk percaya diri, untuk teguh
Hatiku enggan
mendengar kekeh binatang tak berotak
Ingin kubunuh mereka semua yang tak berotak
Tak berperasaan...
Hingga pada akhirnya mereka bungkam
Bungkam mencerca kehidupan yang rumit ini
Keputusan adalah hal berat
Mana yang baik, mana yang buruk
Arungilah lautan
hidup yang penuh suka duka
Aku bukan sebuah
batu karang
Aku bukan pula baja
berlapis timah
Aku adalah kapas di
dalam air
Rasa yang
menghampiriku
Bagaikan ku
mendapat seonggok emas dalam karung
Bagaikan kupandangi
wajahmu yang damai
Meskipun kupandangi
seribu tahun lamanya
Aku tak bisa
menolak menghadiri rasa dalam hidupku
Aku tidak pernah
menemukan kedamaian sepertimu
Maka kukatakan „ya“
Dan padakulah kau
menemukan hidup
Yang ingin kau
raihnya engan penuh titian kesabaran
Tanpa seorangpun
mampu mengguncangnya
Sekali lagi, aku
mendukungmu
Abadi adalah
milik-Nya
Aku tak bermaksud
menyimpulkan ini karena-Nya
Dia yang
menciptakan rasa
Dia yang
menghentikan detak jantung
Namun...
Ada masa dimana asa tak menjadi asa
Puing-puing hati seolah menjadi serpihan abu
Berbekas tak abadi
Sejujurnya aku tak ingin
Mimpi-mimpi di kala tidurku
Yang mengharap keabadian rasa
Akankah pupus, akankah sirna?
Kau tau mimpi-mimpi dan semua khayalanku itu
Namun apa yang
kurasakan seolah kau tak pernah menyentuhnya
Mengapa disaat
mimpi ini ingin kuraih?
Mengapa? Mengapa?
Jawab!
Aku layaknya
anak-anak dari ibu berambut putih, bermuka keriput
Ingin membelikan
baju untuk ketujuh anaknya
Yang masih kecil
dan lugu
Beliau tawar
menawar baju ke penjual dengan harga seminim mungkin
Agar ketujuh
anaknya bisa memakai baju baru
Namun sayangnya
penjual itu diam tak berbelas kasihan
Hingga pada
akhirnya si kecil dan si lugu itu
Menangis
meronta-ronta bermalam-malam
Tanpa mereka tau,
kapan air mata mereka akan habis
Setelah hatiku
sunyi, aku terdiam
Kuharap cerita pilu
asa dalam hidupmu
Kan memberi hasil
Kuharap kau tetap
berpegang teguh
Tentang apa yang
kau katakan di taman
Di kala menjelang
senja
„Kau tak akan
berubah
Kau memiliki rasa
untukku
Kau takkan pergi
dengan bunga-bunga indah yang lain
Kau tetap kan
melihatku
Kau hanya ingin
menjalani hidup ini
Kau hanya butuh
waktu dalam kesunyian
Kau hanya tidak tau
perasaanmu yang mati
Kau kan
menghampiriku jika waktunya tiba
Kau akan
menerangiku
Kau akan membalas tiap
sapaanku
Kau akan membalas
dengan sepuluh jari di handphonemu
Kau akan menjadi
sahabat hatiku
Kau tak bermaksud
menyiksa hatiku
Kau akan
menggenggam tanganku saat ku menggenggammu
Kau akan menjadi
tempat berbagi cerita
Dan kau takkan
membiarkanku hancur“
Berat rasanya
menolak permintaanmu
Aku tetap
bersikukuh apa yang kumau
Namun aku
mencintaimu dari dasar palung hatiku
Ku berharap kau
yang terakhir
Dan ingatlah....
Aku selalu disini
untukmu
Takkan kubiarkan
kau sedih
Takkan kubiarkan
kau berjalan seorang diri
Percayalah aku akan
selalu ada untukmu
„Teruntuk seseorang
yang ingin menahan malam agar ia dapat terus memandangi bintang“
Tidak ada komentar:
Posting Komentar